Sejarah Puri
Sejarah Puri Anom Tabanan, tidak terlepas dari ekspansi Kerajaan Majapahit ke Bali pada masa pemerintahan Ratu Tribhuwana Tunggadewi dengan patihnya yang terkenal yaitu Maha Patih Gajah Mada. Patih Gajah Mada beserta bangsawan kerajaan Majapahit yakni Arya Dhamar (juga dikenal sebagai Adityawarman (Raja Swarna Dwipa Sumatra)) beserta putra beliau dan Arya lainnya menyerang Bali yang saat itu dikuasai oleh seorang Raja yang bergelar Bhatara Śri Astasura Ratna Bumi Banten.
Setelah Bali dapat ditaklukan, Gajah mada kembali ke Majapahit, sementara Arya Damar atau Adityawarman kembali ke daerah kekuasaannya di Sumatra. Putra putra Adityawarman beserta para pembesar lainnya langsung ditempatkan di masing-masing daerah sebagai penguasa, yakni:
Puri Tabanan berdiri pada tahun 1343 Masehi. Pada masa kolonialisme Belanda, Raja Puri Agung Singasana Tabanan terakhir, Ida I Gusti Ngurah Rai, ikut berperang dan tewas puputan bersama putra mahkota (I Gusti Ngurah Gde Pegeg) di Badung sesaat setelah Perang Puputan Badung terjadi pada tahun 1906 karena tidak sudi untuk menyatakan tunduk kepada penjajah Belanda. Putri–putri beliau dari Permaisuri kemudian pindah ke Puri Anom Tabanan pada tahun 1910. Salah satu putrinya, Sagung Ayu Oka, menikah dengan Tuan Kramer, clerk kontrolir Belanda. Sagung Ayu Putu menikah dengan I Gusti Ngurah Anom di Puri Anom Saren Taman (Sekarang disebut Puri Anom Saren Kawuh) sementara putra putri raja yang lain menetap di Puri Dangin Tabanan.
Puri Anom Tabanan didirikan pada masa pemerintahan Ida I Gusti Ngurah Ngurah Agung Tabanan, raja ke-19, yang berkuasa pada tahun 1810–1843. Beliau memerintahkan putranya yang masih muda (Anom) untuk membangun istana baru tepat di sebelah utara puri kerajaan (di bekas lokasi Puri Mas, Puri Raja pemade I Gusti Ngurah Anom) sehingga itu mungkin yang menyebabkan istana itu kemudian disebut sebagai Puri Anom yang dapat diartikan sebagai Puri Muda atau juga Puri yang baru. Sejak saat itu sampai sekarang puri ini dipakai untuk tempat tinggal dan kegiatan keluarga Raja-Raja Tabanan.
Pada Agustus 2003, Puri Anom Tabanan diresmikan oleh bupati Tabanan sebagai salah satu warisan budaya dan aset Kota Tabanan yang penting untuk dilestarikan. Dalam upaya itu, puri dibuka untuk umum agar masyarakat dapat lebih memahami dan menghargai peninggalan sejarah yang bernilai luhur.
Arsitektur khas kerajaan di Bali dapat ditemui di Puri Anom Tabanan yang berlokasi di jantung Kota Tabanan dan berdiri di kawasan hampir seluas 2,5 hektare.
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Puri_Anom_Tabanan